Uji Mantel Haenszel

Analisa Statistik untuk Data Kategorik

Uji Mantel Haenszel

Mantel-Haenszel (MH) sebenarnya tidak secara khusus digunakan untuk mengidentifikasi DIF. Mantel & Haenszel membuat teknik ini untuk meneliti perbedaan antara dua kelompok yang dipasangkan. Teknik ini kemudian diaplikasikan oleh Holland dan Thayer untuk mengidentifikasi DIF. Prosedur ini kemudian menjadi salah satu prosedur yang digunakan dalam Educational Testing Service.

Secara garis besar, langkah-langkah uji Mantel-Haenszel dapat dituliskan sebagai berikut :

  • Lakukan uji hipotesis seperti biasa pada tabel observasi (tabel total)
  • Konstruksilah tabel berstrata berdasarkan faktor perancu / pengganggu yang mungkin ada. Jika ada > 1 faktor perancu, konstruksikan semua tabel berdasarkan semua kombinasi tingkat faktor yang mungkin dari semua faktor perancu yang ada.
  • Bandingkan hasil uji hipotesis dan ukuran asosiasi dari hasil tabel total dan tabel strata dan amatilah apakah ada perbedaan kesimpulan pada keduanya. Jika ada, maka faktor perancu memang signifikan. Sebaliknya jika tidak ada, maka faktor yang berasal dari variabel ketiga tersebut bukanlah perancu
  • Jika faktor perancu signifikan, berarti diperlukan analisis Mantel-Haenszel untuk menarik kesimpulan ada tidaknya hubungan antara paparan dengan hadirnya faktor perancu. Sebelum masuk analisis Mantel-Haenszel, terlebih dahulu lakukan uji asumsi kehomogenan odds rasio pada strata sebagai pra analisis Mantel-Haenszel.
  • Jika asumsi OR antar strata homogen (seragam atau konstan), maka lakukan inferensi dengan statistik uji Mantel-Haenzel ini akan mengikuti distribusi chi-square dengan derajat bebas I untuk tabel kontingensi 2x2.
  • Untuk mengetahui keeratan hubungan atau besarnya resiko antara paparan dengan penyakit, gunakan estimasi odds rasio Mantel-Heinszel beserta interval konfidensinya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Uji Mantel-Haenszel adalah :

  • Jika terdapat stratifikasi berdasarkan variabel ketiga, maka kemungkinan variabel tersebut merupakan faktor pengganggu.
  • Jika hasil interefensi pada tabel total dengan tabel yang sudah distratifikasikan berdasar variabel ketiga tersebut berbeda. Maka variabel ketiga tersebut memang signifikan sebagai faktor pengganggu. Dalam keadaan ini analisis Mantel-Haenszel perlu dilakukan.
  • Uji terhadap asumsi kehomogenan OR antar strata perlu dilakukan sebelum analisis Mantel-Haenszel, karena estimator Mantel-Haenszel akan memberikan estimasi yang benar/tepat terhadap efek faktor resiko hanya jika odds ratio konstan/homogen/seragam antar strata.
  • Jika asumsi kehomogenan OR antar strata terpenuhi maka analisis bisa dilanjutkan dengan menggunakan analisis Mantel-Haenszel. Tetapi jika asumsi kehomogenan OR antar strata tidak terpenuhi maka analisis Mantel-Haenszel kurang tepat digunakan sebegai analisis lebih lanjut karena akan akan memberikan hasil yang bias.
  • Pada keadaan dimana asumsi kehomogenan OR antar strata tidak terpenuhi, disarankan untuk mengalisis nilai RR maupun OR standarisasi untuk melihat ada tidaknyahubungan antara paparan dan penyakit dimana terdapat faktor pengganggu.

Deteksi ada tidaknya interaksi atau faktor pengganggu dan atau keduanya memperoleh nilai estimasi OR untuk masing-masing strata, serta menaksir asumsi kehomogenan odds rasio antar strata sebenarnya tidak selalu harus menggunakan analisis berstrata dari tabel kontingensi 2x2 seperti pada analisis Mantel-Haenszel. Tetapi bisa diperoleh dengan menggunakan model resgresi logistik. Meskipun penggunaan model regresi logistik memberikan cara yang relatif lebih cepat dan efektif dalam memperoleh nilai estimasi OR pada masing-masing strata, melihat ada tidaknya interaksi dan faktor pengganggu, serta manafsirkan asumsu kehomogenan OR atar strata. Namun di kalangan para statistisi dan peneliti lapangan yang mempunyai latar belakang epidemiologi lebih cenderung untuk tetap menggunakan analisis berstrata sebagai pra analisis Mantel-Haenszel terutama dalam penelitian bidang kesehatan.

Diposting oleh , pada 30 March 2017